Tayangan halaman minggu lalu

Rabu, 29 Februari 2012

PTK PEMBELAJARAN INTEGRATED LEARNING

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Standar Kompetensi lintas bidang kurikulum, pada kurikulum 2004 bahwa sebagai kecakapan hidup dan belajar sepanjang hayat yang harus dicapai oleh peserta didik, pada butir ketiga dan sembilan butir kecakapan hidup yang harus dicapai oleh siswa yakni memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola dan struktur hubungan. Dari penjelasan tersebut jelas bahwa proses pembelajaran harus mampu memadukan dan mendemonstrasikan konsep-konsep materi yang dipelajari.
Banyak yang dipelajari melalui pengalaman nyata, disamping melalui logika imajinasi yang tidak dapat dilakukan melalui pengalaman nyata, akan tetapi kedua hal tersebut harus kita pelajari karena saling terkait satu dengan yang lainnya dan harus dilakukan secara bersamaan sesuai dengan perkembangan otak kiri dan otak kanan yang kita miliki. Perlunya memandang masalah-masalah saling terkait, Bruner dalam Maryanto (1994).
Perkembangan salah satu aspek pada seorang anak dapat dipengaruhi oleh aspek yang lain, misalnya seorang anak yang dimensi sosialnya tidak berkembang dengan baik akan tidak disukai oleh teman-teman, sehingga akan mempengaruhi kemampuannya bekerja dalam kelompok, selain itu ia akan merasa tidak nyaman berada di lingkungannya. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi prestasi belajarnya. Kecerdasan adalah multidimensi dari seluruh aspek dan dimensi-dimensi tersebut tidak dapat diwakili oleh hanya satu kemampuan saja (Stemberd dalam Megawangi, 2005).
Menurut Orr dalam Megawangi (2005) bahwa isu-isu terbesar saat ini berakar dari kegagalan untuk melihat segala sesuatu secara keseluruhan. Kegagalan tersebut terjadi ketika terbiasa berpikir secara berkotak-kotak dan tidak diajarkan untuk berpikir secara keseluruhan dalam melihat keterkaitan antara kotak-kotak tersebut, atau mempertanyakan suatu kotak dapat tekait dengan kotak-kotak lainnya sehingga pembelajaran kehilangan makna.
Capra dalam Megawangi (2005), mengatakan bahwa berapapun pengetahuan manusia tentang Sains, masyarakat, dan kebudayaan telah terkotak-kotak, sehingga manusia tidak mampu melihat sesuatu secara keseluruhan dari setiap penomena. Inti dari pemikiran Capra adalah menekankan pentingnya untuk melihat segala sesuatu secara keseluruhan. Penggunaan tema pengendali yang merupakan titik temu beberapa mata pelajaran, tidak saja membantu siswa mendalami lebih baik mata pelajaran yang terkait saja, tetapi juga membarikan kemampuan kepada para siswa tentang cara pandang terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya. Selain itu, tujuan dari penggunaan tema pengendali yaitu agar siswa mampu menemukan dan memahami jalinan hubungan sejumlah mata pelajaran. Perlu adanya penyatuan perspektif serta pusat pandang sejumlah mata pelajaran menjadi tema pusat kendali (Maryanto, 1994).
Berdasarkan pengamatan peneliti di SD Negeri 024 Sebulu khususnya kelas I yang berjumlah 20 orang siswa. Pembelajaran yang dilakukan dalam menyampaikan materi pelajaran masih dilakukan dengan metode pembelajaran konvensional tanpa adanya pengembangan sehingga pembelajaran cenderung monoton dan kurang menarik. Pemilihan metode belajar yang salah pada mata pe1ajaran atau materi tertentu juga menjadi penyebab tidak meratanya kemampuan siswa dalam memahami setiap mata pelajaran.
Beberapa penyebab di atas menunjukkan bahwa perlu adanya pembaharuan dalam model pembelajaran, yaitu model pembelajaran yang melibatkan seluruh aspek yang ada pada manusia sebagai individu yang utuh. Dimana setiap individu yang melibatkan keterampilan, pengetahuan, sifat alamiah manusia serta perasaan. Karena pikiran, emosi, imajinasi dan sifat alamiah manusia bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan satu dan yang lainnya.
Integrated learning atau pembelajaran terintegrasi merupakan suatu pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam satu pembelajaran. Inti pembelajaran ini adalah agar siswa memahami keterkaitan antara mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan Sains, serta tidak hanya mempunyai kemampuan pada salah satu pelajaran saja akan tetapi juga pada mata pelajaran lainnya. Sehingga setiap siswa diberikan kesempatan untuk belajar melihat keterkaitan antar pelajaran yang berarti, kontekstual bagi kehidupan nyata dan menyeluruh.
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti penerapan pembelajaran integrated learning pada mata pelajaran Bahasa Indonesi, siswa kelas 1 di kelas I SD Negeri 024 Sebulu sehingga dapat menambah motivasi dan mengatasi kejenuhan dalam belajar, serta menumbuhkan semangat dan minat dalam belajar dengan demikian dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang rumusan masalah yang muncul yaitu sebagai berikut: “Bagaimana pembelajaran Integrated learning dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas 1 SD Negeri 024 Sebulu Semester I Tahun Ajaran 2011/2012?”.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembelajaran integrated learning dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas I SD Negeri 024 Sebulu Semester I Tahun Ajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi siswa : Membantu siswa agar dapat memahami mata pelajaran yang disampaikan dan juga mengetahui hubungan di setiap mata pelajaran yang diterima disekolah.
b. Bagi guru : Menambah wawasan dan kualitas dalam pembelajaran Matematika dan IPA khususnya Bahasa Indonesia dengan pembelajaran integrated learning.
c. Bagi sekolah: Sebagai sumbangan penting kepada pihak sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Integrated learning
Integrated learning merupakan pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam sajian pembelajaran. Inti dan pendekatan ini agar siswa memahami keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya atau materi pelajaran yang satu dengan yang lainnya (Megawangi, 2005).
Integrated learning adalah pembelajaran yang pelaksanaannya disusun secara menyeluruh untuk membahas suatu pokok masalah tertentu (tema) dan dapat mengunakan berbagai mata pelajaran yang relevan dalam suatu bidang studi atau antar bidang studi (Dakir, 2004).
Lake dalam Megawangi (2005) mengatakan bahwa definisi pendekatan terintegrasi adalah sebuah pendekatan yang dapat menyiapkan anak-anak untuk menjadi pembelajar sejati. Banyak yang mendukung bahwa pembelajaran holistik dengan pendekatan integrated learning adalah sebuah proses untuk mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk kehidupan.
Integrated learning meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk tema, dengan tujuan pembulatan mata pelajaran diharapkan dapat membentuk anak-anak menjadi pribadi-pribadi integrated yaitu manusia yang sesuai dan selaras dengan lingkungannya (Nasution, 1994).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Integrated learning merupakan suatu pembelajaran yang memadukan berbagai materi dalam sajian pembelajaran. Inti dari pendekatan ini agar siswa memahami keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya atau materi pelajaran yang satu dengan yang lainnya untuk mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi pribadi-pribadi integrated yaitu manusia yang selaras dengan lingkungannya.
1. Pendekatan integrated learning
Lake dalam Megawangi (2005) mengatakan bahwa ada tiga karakteristik dalam pembelajaran holistik dengan pendekatan integrated learning yaitu:
a. Ada keterkaitan antar mata pelajaran dengan tema sebagai pusat keterkaitan. Ini berbeda dengan kurikulum tradisional yang mengotak-ngotakan setiap mata pelajaran sehingga hubungan antar mata pelajaran tidak terlihat.
b. Menekankan pada aktivitas kongkrit.
c. Memberikan peluang bagi siswa untuk bekerja dalam kelompok.
d. Selain memberikan pengalaman untuk memandang sesuatu dalam perspektif keseluruhan, juga memberikan motivasi kepada siswa untuk bertanya dan mengetahui lebih lanjut mengenai materi yang diketahuinya.
2. Langkah-langkah Penyusunan Pembelajaran Integrated Learning
Maryanto (1994) mengatakan bahwa dalam pembelajaran integrated learning disusun secara keseluruhan dalam suatu tema yang mengandung suatu pertanyaan atau masalah yang akan dipelajari, langkah-langkah dalam penyusunan tema dalam pembelajaran integrated learning sebagai berikut:
a. Memilih pusat kendali
Guru mengawali kegiatan dengan memilih pusat kendali yang berfungsi sebagai pusat pandang bagi pengembangan materi pelajaran.
b. Menentukan hubungan
Guru menentukan mata rantai penghubung yang tertuju pada tema dalam bentuk pertanyaan topik, ide, orang atau benda yang kesemuanya cukup pendek yang tertuju pada tema.
c. Menentukan pertanyaan-pertanyaan pemandu.
Untuk menguatkan keterkaitan antar materi pelajaran dapat juga dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan umum sampai pertanyaan pokok yang terkait dengan tema dan materi pelajaran.
d. Menuliskan kegiatan sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran.
Terkait dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, sebaiknya tema dipilih sesuai dengan lingkungan dan kondisi yang ada sehingga memudahkan dalam menentukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan.
3. Teknik Pendekatan Integrated Learning
Maryato (1994) mengatakan bahwa ada empat prinsip yang menjadi teknik dalam pendekatan integrated learning melalui pembelajaran holistik yaitu:
a. Kritik berlaku dalam pembelajaran
b. Spontanitas dan jawaban yang di luar dugaan akan membentuk daya cipta
c. Sejumlah ide akan terungkap dan penilaian akan dilakukan setelah ide
terungkap habis
d. Panggabungan antara ide selalu dicari untuk menentukan ide yang lebih baik dan menyempurnakannya.
4. Model Pendekatan Integrated Learning
Beberapa tahapan model pendekatan integrated learning melalui pembelajaran holistik yaitu:
a. Menentukan kompetensi dasar, hasil yang akan dicapai serta indikator sebagai bahan evaluasi.
b. Menentukan tema dan judul.
c. Menentukan sebuah tema yang dapat mempersatukan berbagai mata pelajaran dengan berbagai kompetensi dasar yang ingin dicapai.
d. Memilih sebuah judul yang menarik, nyata dan dekat dengan kehidupan anak.
e. Membuat bagan keterjalaan melalui tema dari berbagai mata pelajaran yang dapat dikaitkan satu sama lain, sesuai dengan tema yang dipilih.
f. Kompentensi-kompentensi ini kemudian diintegrasikan dengan menggunakan model web (keterjalaan).
Gambar 1.1 Bagan keterjalaan kompetensi dasar

g. Menyusun kegiatan belajar yang menarik bagi anak dan efektif dalam pencapaian kompetensi.
h. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan konsep Student Active Learning, Contectual Learning, dan mencakup kecerdasan majemuk yang dimiliki anak.
i. Mengkondisikan kegiatan belajar yang merupakan kombinasi dari kegiatan individu dan kelompok. Kegiatan kelompok dapat menumbuhkan dan meningkatkan aspek sosial anak, komunikasi, penggunaan bahasa dan juga menumbuhkan motivasi anak untuk belajar.

B. Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003).
Gagne dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) mengungkapkan bahawa belajar didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya.
Hamalik (2003), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Sardiman (2003), belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Dari pendapat ini juga menekankan suatu indikator belajar dengan adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar sebagai suatu usaha seseorang untuk mengubah tingkah lakunya melalui pengalaman dan interaksi dnegan lingkungan yang dilakukan secara sadar, terarah dan bertujuan. Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang menyeluruh dari pengalamannya sendiri, dan sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

C. Hasil Belajar
Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari suatu
praktek atau latihan (Sudjana, 1991). Menurut Slameto (1995), belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ini berarti bahwa perubahan seseorang merupakan hasil belajar,misalnya dai tidak dapat berhitung menjadi dapat berhitung.
Hasil belajar dapat diukur dengan hasil tes yang diberikan. Tes merupkan sekelompok pertanyaan berbentuk lisan maupun tulisan yan harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa (Slameto, 1998). Menurut Arikunto (1999), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan menilai sesuatu. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Rohani, 1995). Dengan demikian yang dimaksud dengan hasil belajar sains adalah perubahan yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar sains yang dapat diukur dengan menggunakan tes. Tes dilaksanakan pada awal pembelajaran dan pada setiap akhir siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa.
1. Mengetahui Tingkat Keberhasilan
Dalam pembelajaran perlu ada penilaian untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu pembelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Penilaian yang bersifat nasional mengacu pada standar kompetensi.
b. Beberapa kemampuan yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah:
1) Pemahaman konsep
Siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep.
2) Prosedur
Siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar.
3) Komunikasi
Siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan.
4) Penalaran
Siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana.
5) Pemecahan masalah
Siswa mampu memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah.
2. Sistem Penilaian
Sistem penilaian dalam kurikulum 2004, tingkat berfikir yang digunakan dalam mengerjakan soal penilaian mencakup mulai yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sebanding sesuai dengan jenjang pendidikan.
Jenis tagihan yang dapat digunakan adalah (Depdiknas, 2003a):
a. Kuis: Ulangan singkat baik lisan maupun tertulis dan hanya menyampaikan hal-hal yang prinsip saja. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai untuk mengetahui penguasaan pelajaran yang lalu secara singkat.
b. Pertanyaan lisan di kelas: Materi yang ditanyakan berupa pertanyaan terhadap konsep, prinsip atau teorema. Teknik bertanya yang baik adalah ajukan pertanyaan ke kelas, beri waktu sebentar untuk berpikir, dan kemudian pilih siswa secara acak untuk menjawab, jawaban siswa benar atau salah diberikan ke siswa lain atau minta pendapatnya terhadap jawaban siswa 1, hal ini bisa diberikan ke beberapa siswa. Kemudian guru menyimpulkannya. Pertanyaan lisan ini biasanya dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Ulangan harian: Ulangan harian diberikan secara periode, misal 4 minggu sekali. Bentuk soal yang digunakan sebaiknya bentuk uraian objektif atau non objektif.
d. Tugas individu: Tugas ini dapat diberikan tiap minggu dan bentuk soal uraian objektif atau non objektif.
e. Tugas kelompok: Tugas ini digunakan untuk menilai kemampuan kerja kelompok. Bentuk soal yang digunakan adalah uraian.
f. Ulangan blok: Materi diambil dari kumpulan kompetensi dasar, misal dalam satu semester ada 9 kemampuan dasar. Untuk itu akan ada 3 bagian ulangan blok. Blok 1 ada 3 kemampuan dasar, demikian juga pada ulangan blok 2 dan blok 3. Hasil ulangan blok harus dievaluasi untuk menemukan siswa remidial atau pengayaan.

D. Pengajaran
Pengajaran adalah suatu proses belajar-mengajar. Didalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama seorang guru atau pengajar adalah mengelola pengajaran serta lebih efektif, dinamis, efisien dan positif sehingga peserta didik sebagai yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan diri dalam pengajaran. Adapun yang harus dimiliki oleh seorang guru agar pengajaran berjalan lebih efektif, dinamis, efisien dan positif (A. Rohani, 1995) adalah:
1. Penguasaan bahan pengajaran
2. Penggunaan bahasa
3. Penggunaan metode pengajaran
4. Penggunaan alat-alat atau media pengajaran
5. Memahami peserta didik
6. Menaruh minat terhadap peserta didik
7. Tidak membeda-bedakan peserta didik
8. Memberikan tugas-tugas yang sesuai
9. Adil dalam memberikan angka
10. Memiliki rasa humor
11. Kerapian berpakaian
12. Menguasai keterlibatan kelas
13. Keefektifitasan mengajar.

E. Materi Pelajaran Kelas 1
Materi pelajaran yang ada di kelas 1 yaitu PPKn, Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, seni budaya dan kerajinan, IPS, dan Penjaskes. Materi yang diteliti adalah Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA.
Berdasarkan pemilihan tema, maka materi Bahasa Indonesia adalah Lingkungan Sekitar, materi Matematika yang dipilih adalah Penjumlahan dan Pengurangan bilangan dua angka, dan materi IPA yang dipilih adalah Gerak Benda.
1. Materi Bahasa Indonesia
a. Berbicara: Mengungkapkan fikiran, perasaan, dan informasi secara
lisan dengan gambar, percakapan sederhana dan dongeng.
b. Membaca: Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak.
c. Menulis: Menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui dikte dan menyalin.

2. Materi Matematika
Penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka
a. Penjumlahan
Penjumlahan merupakan operasi hitung yang pertama sekali diajarkan kepada anak-anak. Penjumlahan merupakan operasi hitung yang dipergunakan untuk memperoleh hasil dari dua bilangan yang digabungkan.
b. Pengurangan
Dari suatu penjumlahan diketahui jumlahnya dan salah satu sukunya. Pencarian suku yang belum diketahui adalah operasi hitung yang biasa disebut pengurangan.
3. Materi Sains
Gerak Benda
a. Benda mudah bergerak dan benda sulit bergerak
b. Mengamati Gerak benda
c. Bentuk Gerak Benda
d. Penyebab Benda Bergerak
e. Sumber-sumber Energi Gerak

F. Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran mempunyai tujuan, yaitu berfikir kritis, kreatif, dan bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut guru sebaiknya menggunakan pembelajaran yang banyak melibatkan siswa secara aktif dalam belajar, sehingga pembelajaran tidak hanya bersumber dari guru.
Pendekatan Integrated learning merupakan salah satu pembelajaran yang banyak melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran ini berdasarkan tema pilihan yang berhubungan dengan dunia nyata. Siswa diajak untuk memahami konsep-konsep pembelajaran melalui pengalaman langsung, saling bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, dan mau mendengarkan serta menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian pendekatan Integrated learning dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa.

G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir dapat dirumuskan hipotesis tindakan yaitu: “dengan Pembelajaran Integrated learning dapat Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar 024 Sebulu pada Tema Lingkungan”.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah bentuk penelitian yang dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu salah satunya yaitu menggunakan pembelajaran Integrated learning. Dalam penelitian, prosedur penelitian terdiri dari tiga siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas

Prosedur pelaksanaan tindakan kelas adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Tahap perencanaan dilakukan kegiatan antara lain:
a) Membuat skenario pembelajaran dengan pembelajaran integrated learning.
b) Membuat alat evaluasi untuk dikerjakan di kelas
c) Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar pada waktu pembelajaran dengan pembelajaran integrated learning
b. Pelaksanan Tindakan
Tabel 3.1 Sajian Materi Pada Setiap Siklus.
Siklus Pertemuan Materi
I 1

2

3 • Mengungkapkan fikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan gambar.
• Mengungkapkan percakapan sederhana dan dongeng.
• Penyampaian sedikit materi yang belum terselesaikan dan evaluasi hasil belajar siklus 1 dengan bentuk soal uraian dalam waktu 60 menit.
II 1

2

3 • Memahami teks pendek dengan membaca lancar.
• Memahami teks pendek dengan membaca puisi anak.
• Penyampaian sedikit materi yang belum terselesaikan dan evaluasi hasil belajar siklus 2 dengan bentuk soal uraian dalam waktu 60 menit.
III 1

2

3 • Menulis permulaan dengan huruf tegak pada papan tulis dan menyalin.
• Menulis permulaan dengan huruf tegak bersambung melalui dikte dan menyalin.
• Penyampaian sedikit materi yang belum terselesaikan dan evaluasi hasil belajar siklus 2 dengan bentuk soal uraian dalam waktu 60 menit.

Pada tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilaksanakan adalah melakukan kegiatan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Yang bertindak sebagai guru dalam penelitian ini adalah peneliti sedangkan yang bertindak sebagai obsevator adalah rekan sejawat peneliti. Pelaksanaan penelitiƤn tindakan kelas dilaksanakan dalam tiga siklus (putaran) dan setiap siklus dilaksanakan dalam tiga pertemuan kemudian pada setiap akhir pertemuan diberikan tes hasil belajar selama 2 jam pelajaran atau 60 menit.
c. Observasi
Pada tahap observasi, peneliti sebagai guru pengajar melakukan tindakan dengan menggunakan pendekatan integrated learning melalui pembelajaran holistik sedangkan untuk mengobservasi tindakan yang sedang dilakukan oleh guru dan kreativitas siswa pada saat pembelajaran dilakukan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan untuk mengobservasi hasil belajar siswa dengan menggunakan lembar tugas yang dikerjakan di kelas dan tes akhir setiap pertemuan setiap pembelajaran.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti bersama observer mendiskusikan kembali segala sesuatu yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dan hasil-hasilnya, dengan melihat data hasil observasi setiap siklus apabila terdapat kekurangan maka akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 di SD Negeri 024 Sebulu semester I tahun pelajaran 2011/2012 Kutai Kartanegara.

C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDN 024 Sebulu yang jumlah siswanya sebanyak 20 orang. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran integrated learning.

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui:
a. Teknik tes
Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran, tes hasil belajar diberikan setelah dilakukan tiga pertemuan tiap putaran.
b. Teknik Pengamatan/Observasi
Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran setiap putaran. Untuk mengetahui proses belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan metode pembelajaran integrated learning.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data digunakan utuk menjawab rumusan masalah, digunakan rumusan rata-rata sebagai berikut:

Untuk mengetahui ketuntasan belajar digunakan rumus persentase ketuntasan belajar sebagai berikut:



DAFTAR PUSTAKA



Dakir, 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Statistika). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Maryanto, A. 1994. Kurikulum Lintas Bidang Studi. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Megawangi, R. 2005. Pendidikan Holistik. Cimanggis: Indonesia Heritages Fondation.

Nasution. 1994. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.

Pramudjono. 2002. Statistik Nonparametrik. Samarinda.

Sarman, dkk. 2007. Mari Belajar Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 1. Jakarta: Ganeca Exact

Sudjana, N. 1992. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukidin, Basrowi, & Suranto. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Cendikia.

Suyatno. 2008. Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia: Untuk SD/MI Kelas I. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Tim Bina Karya Guru. 2006. Buku Kerjaku Matematika 1. Jakarta: Erlangga
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Jakarta: Depdikbud.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar